Survey Pelayanan
Informasi Publik

Search

PPID RRI

Aktualisasi Pelatihan Sosial Kultural Harus Promosikan Pluralisme, Kemajemukan dan Kebhinekaan

Hasanudin
31 Oct, 2023

Direktur Layanan dan Pengembangan Usaha, Yonas Markus Tuhuleruw mengungkapkan bahwa pihaknya sangat mendukung penyelenggaraan Pelatihan Muatan Lokal Sosial Kultural yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia pada tanggal 25 Oktober s/d 10 Nopember 2023 di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Pengembangan SDM Kominfo Jakarta.

Yonas Markus Tuhuleruw menjelaskan pelatihan sosial kultural ini sangat penting untuk menangkis paham radikalisme dan intoleransi terus berkembang, dimana saat ini terdapat banyak aduan terkait aparatur sipil negara yang terpapar radikalisme atau aliran sesat. Untuk itu Dirinya berpesan kepada 12 orang pegawai LPP RRI untuk secara serius dan bersungguh-sungguh mengikuti pelatihan ini.

Pihaknya juga telah menyetujui aktualisasi penyebaran informasi dan pengelolaan keberagaman di lingkungan Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia secara berkesinambungan, tidak hanya saat pelatihan telah selesai berlangsung.

“Nantinya aktualisasi ini diharapkan mampu menghasilan konten-konten kreatif yang mempromosikan pluralisme, kemajemukan, kebhinekaan baik dalam tulisan, dalam sikap dan perilaku, bahwa berbeda itu indah, bangga menjadi Indonesia yang plural, bangga menjadi Indonesia yang majemuk, saling menghormati dan menghargai, serta memilih pemimpin bukan karena agamanya tapi karena kinerja dan pengabdian, dengan kesadaran seperti itu kita akan kembali kepada Indonesia yang sejati,” ungkapnya.

“Bung Max” sapaan akrab Direktur Layanan dan Pengembangan Usaha juga mengarahkan agar aktualisasi nantinya juga dapat mengangkat filsafat hasil pemikiran anak Bangsa Indonesia, ajaran atau kearifan lokal.

Seperti yang pernah disampaikan oleh Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi (5 November 1890 – 30 Juni 1949) atau lebih dikenal dengan nama Sam Ratulangi yakni ; "Si tou timou tumou tou" yang artinya “Manusia baru dapat disebut sebagai manusia, jika sudah dapat memanusiakan manusia.” Atau falsafah lokal Satu Tungku Tiga Batu (Toromit War Istery) Satu tungku tiga batu adalah bagian dari sistem kerjasama antar institusi di Kabupaten Fak-fak Provinsi Papua Barat. Nilai-nilai kemanusiaan yang bermuara pada hubungan antar agama, tolong-menolong, saling mempedulikan dalam kesusahan dan kekurangan tanpa menjadikan agama sebagai alasan untuk tidak saling menolong, sehingga basis budaya masyarakat membawa dampak perubahan yang signifikan bagi hubungan antar agama dan kemanusiaan di Fak-fak. Bahwa ikatan budaya masyarakat lebih terbuka memandang satu dengan yang lain sebagai saudara, budaya satu tungku tiga batu menjadi kritik atas cara dan paham beragama yang eksklusif.