Survey Pelayanan
Informasi Publik

Search

Detail Informasi

Berkala
Penting untuk Dikenali Perbedaan Malaria dan DBD

PPID:

PPID Fak Fak

Kode:

PPID-RRI/70/210725-1341348-2

Deskripsi

KBRN, Fakfak : Malaria dan Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah dua penyakit yang sering disalahartikan sebagai kondisi yang sama karena keduanya ditularkan melalui gigitan nyamuk dan sama-sama menyebabkan demam tinggi bagi pasien yang telah terkena penyakit tersebut. Padahal, keduanya merupakan penyakit yang sangat berbeda dari sisi penyebab, gejala, cara penularan, hingga penanganannya, pemahaman yang kurang tepat ini bisa berbahaya, sebab baik malaria maupun DBD berpotensi menjadi penyakit serius yang mengancam nyawa apabila tidak segera ditangani dengan benar.

Secara lebih rinci, malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Anopheles betina, sementara DBD disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti, perbedaan lainnya bisa dilihat dari gejala dan komplikasinya. Malaria biasanya disertai gejala demam berulang disertai menggigil, nyeri otot, dan kelelahan ekstrem, sedangkan DBD sering menunjukkan gejala demam tinggi mendadak, nyeri di belakang mata, muncul bintik merah pada kulit, dan risiko perdarahan, oleh karena itu, sangat penting mengenali perbedaan-perbedaan ini agar penanganan medis yang diberikan sesuai dengan jenis penyakitnya.

Berikut Perbedaan Malaria dan DBD yang Penting untuk Dikenali yang dikutip dari laman ciputrahospital.com :

1. Penyebab

Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit Plasmodium yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk yang telah terinfeksi. Dari lima jenis parasit Plasmodium yang diketahui, dua di antaranya paling sering menyebabkan penyakit pada manusia, yaitu Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax. P. falciparum dikenal sebagai jenis yang paling berbahaya dan mematikan, umumnya menyebar di wilayah Afrika. Sementara itu, P. vivax lebih sering ditemukan di luar kawasan sub-Sahara Afrika. Penularan malaria hanya terjadi melalui gigitan nyamuk Anopheles betina, yang biasanya aktif pada malam hari.

Berbeda dengan malaria, demam berdarah dengue (DBD) disebabkan oleh infeksi virus dengue yang terdiri dari empat serotipe, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Masing-masing serotipe memiliki karakteristik yang berbeda dalam cara berinteraksi dengan sistem imun manusia. Penularan virus dengue terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang telah terinfeksi. Tidak seperti nyamuk Anopheles, nyamuk Aedes lebih aktif di siang hari. Virus dengue juga dapat menyebar lebih luas jika nyamuk lain menggigit seseorang yang terinfeksi, lalu menularkan virus tersebut ke orang lain saat menggigit kembali. Inilah yang membuat DBD memiliki potensi penyebaran yang lebih cepat di lingkungan padat penduduk.

2. Gejala

Perbedaan antara malaria dan demam berdarah dengue (DBD) salah satunya dapat dikenali melalui gejala yang ditimbulkan. Gejala malaria biasanya mulai terasa dalam 10 hingga 15 hari setelah seseorang digigit oleh nyamuk Anopheles yang membawa parasit Plasmodium. Pada tahap awal, gejalanya cenderung ringan, seperti demam, menggigil, dan sakit kepala. Namun jika tidak segera ditangani, gejalanya bisa berkembang menjadi lebih berat, seperti kelelahan ekstrem, kejang, kebingungan, hingga gangguan pernapasan. Tak jarang, penderita malaria tidak menyadari bahwa mereka telah terinfeksi karena gejala awalnya menyerupai demam biasa. Khusus untuk infeksi Plasmodium falciparum, kondisi bisa memburuk dalam waktu 24 jam dan berpotensi mengancam jiwa jika tidak segera mendapatkan pengobatan.

Sementara itu, gejala DBD juga kerap membingungkan karena mirip dengan malaria di tahap awal. Penderita biasanya mengalami demam tinggi secara mendadak, sakit kepala hebat, nyeri otot dan sendi, mual, hingga munculnya ruam pada kulit. Tidak hanya orang dewasa, bayi dan anak-anak pun rentan mengalami kondisi ini. Dalam kasus yang lebih serius, DBD bisa menyebabkan pendarahan seperti gusi berdarah serta penurunan nafsu makan. Masa inkubasi virus dengue berkisar antara 3 hingga 14 hari setelah digigit nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi. Oleh karena itu, penting untuk mengenali tanda-tandanya secara saksama agar bisa segera mendapat penanganan medis yang sesuai.

3. Cara Penularannya

Walaupun tergolong penyakit menular, malaria tidak berpindah dari satu orang ke orang lain melalui kontak langsung. Artinya, Anda tidak akan tertular hanya karena bersentuhan atau berada dekat dengan penderita malaria. Penularan penyakit ini umumnya terjadi melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang membawa parasit Plasmodium. Namun, dalam kasus tertentu, malaria juga bisa menular lewat jalur lain seperti transfusi darah, penularan dari ibu hamil ke janin, penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi, atau melalui transplantasi organ.

Berbeda dengan malaria, demam berdarah dengue (DBD) hanya menyebar melalui satu cara, yaitu gigitan nyamuk Aedes aegypti yang telah terinfeksi virus dengue. Tidak seperti malaria yang memiliki beberapa jalur penularan, virus penyebab DBD tidak dapat menyebar melalui darah atau kontak fisik antar manusia. Oleh karena itu, pencegahan DBD lebih difokuskan pada pengendalian populasi nyamuk dan perlindungan diri dari gigitan, terutama saat siang hari ketika nyamuk Aedes aktif.

4. Komplikasi

Baik malaria maupun demam berdarah (DBD) dapat menimbulkan komplikasi yang serius jika tidak segera ditangani dengan tepat. Pada kasus malaria, infeksi yang tidak diobati bisa berujung pada kondisi yang mengancam nyawa, seperti gagal ginjal, kerusakan hati, penumpukan cairan di paru-paru, hingga penurunan jumlah sel darah putih yang berdampak pada sistem kekebalan tubuh. Sementara itu, DBD juga bisa berkembang menjadi bentuk yang lebih parah, yaitu demam berdarah dengue, yang berpotensi menyebabkan komplikasi seperti pneumonia (radang paru) dan pembengkakan pada organ jantung.

Untuk menurunkan risiko tertular kedua penyakit ini, langkah pencegahan yang utama adalah melindungi diri dari gigitan nyamuk. Gunakan pakaian yang menutupi tubuh secara menyeluruh seperti baju berlengan panjang dan celana panjang, terutama saat beraktivitas di luar ruangan. Oleskan juga krim atau losion anti-nyamuk pada bagian tubuh yang terbuka. Selain itu, penting untuk menjaga lingkungan sekitar tetap bersih dengan menyingkirkan segala tempat yang bisa menampung air—seperti bak mandi, ember, atau ban bekas—karena genangan air merupakan lokasi ideal bagi nyamuk berkembang biak. Upaya ini akan sangat membantu dalam mencegah penyebaran nyamuk penyebab malaria maupun DBD di sekitar tempat tinggal Anda.

5. Pengobatan

Pengobatan malaria dilakukan dengan pemberian obat khusus yang diresepkan oleh dokter untuk membasmi parasit penyebab infeksi. Jenis obat yang digunakan serta durasi pengobatan bisa berbeda-beda, tergantung pada jenis parasit, tingkat keparahan infeksi, serta kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan. Oleh karena itu, penting untuk menjalani pemeriksaan medis sebelum memulai pengobatan agar terapi yang diberikan benar-benar tepat sasaran.

Beberapa jenis obat yang umum digunakan untuk mengatasi malaria antara lain:

  • Klorokuin fosfat, yang dulunya cukup efektif melawan parasit malaria, kini mulai ditinggalkan di beberapa negara karena parasit penyebab malaria sudah mengalami resistansi terhadap obat ini.​
  • Terapi kombinasi berbasis artemisinin (ACT), yang terdiri dari dua atau lebih obat yang bekerja secara sinergis untuk melawan parasit. Terapi ini sangat efektif, terutama dalam kasus malaria yang sudah kebal terhadap klorokuin.
  • Obat alternatif lainnya, seperti atovaquone-proguanil (Malarone), primaquine fosfat, dan kombinasi quinine sulfate dengan doksisiklin (Oracea atau Vibra-Tabs), juga kerap digunakan sesuai dengan kondisi pasien dan jenis parasit yang ditemukan.

Hingga saat ini, belum ada obat yang secara khusus mampu menyembuhkan demam berdarah dengue (DBD). Penanganan yang diberikan dokter lebih difokuskan pada perawatan suportif untuk meredakan gejala dan mencegah komplikasi yang lebih serius. Beberapa anjuran umum yang biasanya diberikan meliputi menjaga tubuh tetap terhidrasi dengan memperbanyak minum air putih atau cairan lainnya, beristirahat sebanyak mungkin untuk membantu proses pemulihan, serta mengonsumsi obat penurun demam dan pereda nyeri seperti asetaminofen (misalnya Tylenol) sesuai anjuran medis. Namun, penggunaan obat seperti ibuprofen atau aspirin sangat tidak dianjurkan karena dapat meningkatkan risiko perdarahan yang berbahaya.

Sebelum menetapkan jenis perawatan, dokter akan melakukan diagnosis terlebih dahulu baik untuk malaria maupun DBD. Proses ini diawali dengan pemeriksaan fisik dan dilanjutkan dengan tes darah untuk memastikan penyebab gejala. Sampel darah diambil dari pembuluh darah pasien dan dianalisis di laboratorium guna mendeteksi apakah terdapat virus dengue atau parasit Plasmodium di dalam tubuh. Hasil pemeriksaan ini menjadi dasar bagi dokter dalam menentukan penanganan yang tepat sesuai dengan penyakit yang dialami pasien.

Kapan Sebaiknya Memeriksakan Diri ke Dokter?Jangan tunda untuk berkonsultasi ke dokter jika Anda atau anggota keluarga mengalami gejala yang mengarah pada malaria atau demam berdarah. Beberapa tanda yang perlu diwaspadai antara lain demam tinggi yang menetap atau naik turun, tubuh terasa menggigil, rasa lemas yang berkepanjangan, sakit kepala hebat, hingga munculnya tanda-tanda perdarahan seperti mimisan atau gusi berdarah. Semakin cepat ditangani, semakin besar peluang untuk mencegah komplikasi yang lebih serius.

 

https://rri.co.id/fak-fak/kesehatan/1661111/penting-untuk-dikenali-perbedaan-malaria-dan-dbd

  • Dilihat: 6 kali

  • Didownload: 2 kali

Akses Informasi Dengan Aplikasi PPID.