KBRN, Jakarta: Pemerintah terus mempercepat pembangunan Sekolah Rakyat Berasrama secara nasional. Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodo menyebut bahwa progres fisik pembangunan tahap pertama telah mencapai lebih dari 80 persen.
“Rata-rata sih di atas 80 persen, nasional ya. Yang agak lama nanti di furniture karena itu masih custom,” ujar Dody usai meninjau lokasi di Sentra Handayani Jakarta, Minggu 29 Juni 2025 dikutip kantor berita Antara.
Ia menjelaskan bahwa pembangunan Sekolah Rakyat tahap pertama mencakup 100 lokasi dari Aceh hingga Jayapura. “Jumlahnya total 100 lokasi untuk tahap pertama,” kata Dody.
Sekolah Rakyat merupakan program pendidikan gratis untuk jenjang SD, SMP, dan SMA. Negara menanggung seluruh biaya pendidikan, akomodasi, dan kebutuhan dasar siswa.
Calon siswa dipilih menggunakan Data Tunggal Sosial dan Ekonomi Nasional atau DTSEN yang terintegrasi dengan Data Pokok Pendidikan (Dapodik). Prioritas diberikan kepada anak-anak dari desil 1 dan 2, termasuk yang telah putus sekolah.
Program Sekolah Rakyat akan dimulai pada 14 Juli 2025 mendatang. Sebanyak 9.755 siswa akan menjadi angkatan pertama yang menempuh pendidikan berasrama.
Dua hari sebelum di Cipayung Jakarta Timur, Menteri Sosial Saifullah Yusuf atau Gus Ipul mengunjungi rumah calon siswa Sekolah Rakyat di daerah ini bernama Galih Yahdan Atlantik. Galih baru saja lulus SD dan tinggal di Bambu Apus, Jakarta Timur.
“Inilah salah satu potret keluarga yang menjadi perhatian Bapak Presiden. Bukan hanya soal bansos, tapi bagaimana anak-anak seperti Galih bisa memperoleh akses pendidikan yang layak,” ujar Gus Ipul seperti ditulis laman Kemensos.
Ibu Galih, Suratna, mengungkapkan rasa harunya atas kunjungan itu. Ia sehari-hari berjualan nasi uduk dengan penghasilan sekitar Rp1,5 juta per bulan untuk menghidupi lima orang.
“Saya bersyukur atas berdirinya Sekolah Rakyat, sehingga anak saya bisa melanjutkan sekolah dengan nyaman dan gratis,” ungkap Suratna.
Konsep Sekolah Rakyat yang berasrama dirancang untuk menjangkau anak-anak berisiko putus sekolah karena kendala ekonomi. Program ini menggunakan pendekatan multi entry - multi exit agar lebih fleksibel.
Target tahun ini, 200 titik Sekolah Rakyat akan diluncurkan dengan total siswa lebih dari 20 ribu. Program ini akan didukung oleh 2.180 guru dan 4.069 tenaga kependidikan.