KBRN,Jakarta: Menurut Drs. Jerry R.H. Sirait, selaku sekjen Batak Center dan Narsum dalam acara Apresiasi Budaya Batak yang disiarkan Senin malam (23/6/2025) di Pro 4 RRI Jakarta, interaksi orang batak dalam kehidupan bersama haruslah dilandasi pada nilai luhur Habatakon yang terdiri atas gotong royong, solidaritas, dan penghormatan adat. Diartikulasikan nyata melalui kegiatan budaya, sosial, dan pembangunan. Inklusif dan terbuka, menjalin kerjasama lintas-agama, lintas-suku, dengan jiwa nasionalisme.
Relevan di zaman modern, menggabungkan kekuatan tradisi dan kemampuan adaptasi teknologi. Interaksi orang Batak dalam kehidupan bersama khususnya dari perspektif Batak Center (sebuah organisasi atau lembaga yang mempromosikan nilai-nilai, budaya, dan pembangunan masyarakat Batak) biasanya dilihat dari pendekatan yang menekankan nilai adat, kekeluargaan, solidaritas sosial, dan peran aktif dalam pembangunan masyarakat.
Ini adalah pandangan umum tentang interaksi orang Batak dalam kehidupan bersama menurut perspektif Batak Center: Dalihan Na Tolu sebagai Pilar Interaksi Sosial Konsep Dalihan Na Tolu (tungku yang tiga) adalah inti dari interaksi sosial orang Batak. Ini mencakup tiga peran penting: Dongan Tubu (saudara sekeluarga), Hula-hula (pihak pemberi istri), Borangin/Anak Boru (pihak penerima istri)
Jerry menambahkan melihat Dalihan Na Tolu sebagai sistem nilai sosial yang menekankan saling menghormati, kerja sama, dan keseimbangan peran sosial dalam kehidupan bersama. Nilai gotong Royong dan Solidaritas Sosial Dalam kehidupan sehari-hari, orang Batak dikenal memiliki semangat marsiadapari (saling membantu), terutama saat ada pesta adat, kematian, pembangunan rumah, dan lainnya.
Interaksi orang Batak memperkuat modal sosial dan kohesi komunitas karena mereka selalu hadir untuk satu sama lain dalam suka dan duka. Peran adat dan agama Interaksi orang Batak tidak hanya bersifat sosial tetapi juga spiritual.
Adat dan agama sering berjalan berdampingan dalam membentuk perilaku sosial. Selain itu juga mengedepankan harmoni antara adat dan nilai keagamaan dalam membentuk karakter orang Batak yang jujur, rajin, dan bertanggung jawab dalam kehidupan bersama.
"Kritik dan refleksi diri juga ditanamkan masyarakat Batak untuk Menghindari konflik internal (seperti terlalu fanatik pada marga, ego sektoral) Lebih terbuka dalam menerima perubahan dan beradaptasi dengan zaman modern tanpa melupakan akar budaya Interaksi orang Batak harus berkembang ke arah inklusif, kolaboratif, dan produktif, bukan sekadar menjaga tradisi tetapi juga memajukan komunitas," ungkap Jerry.
Harapan dan upaya agar anak muda Batak sekarang dapat menerapkan norma dan adat yang ada dalam kehidupan sehari-hari adalah hal yang sangat penting untuk memastikan kelangsungan budaya Batak di tengah perkembangan zaman.
Berikut ini adalah beberapa harapan dan upaya yang bisa dilakukan untuk mencapainya; Harapan Melestarikan Identitas Budaya Batak anak muda Batak diharapkan dapat memahami dan menjaga identitas budaya mereka. Adat istiadat Batak, yang kaya dengan makna filosofis dan moral, dapat menjadi panduan dalam menghadapi tantangan hidup modern. Nilai-nilai seperti gotong royong, kasih sayang, dan penghormatan pada orang tua adalah hal yang bisa menjaga keharmonisan dalam kehidupan sosial. Menghargai Perbedaan dan Kerukunan
Di tengah keberagaman suku dan agama yang ada di Indonesia, anak muda Batak diharapkan memiliki sikap toleransi dan menghargai perbedaan. Nilai adat seperti “dalihan na tolu” yang mengajarkan prinsip saling menghormati antar kelompok, sangat penting untuk diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Menumbuhkan Rasa Bangga Akan Budaya Sendiri, anak muda diharapkan tidak hanya menjadi bagian dari komunitas Batak, tetapi juga bangga akan warisan budaya yang dimiliki. Dengan demikian, mereka bisa mengenalkan budaya Batak kepada orang luar dan menyebarkan pemahaman tentang keberagaman budaya di Indonesia.
Upaya yang dapat dilakukan dengan pendidikan dan sosialisasi Budaya Mengadakan kegiatan pendidikan budaya yang melibatkan anak muda, seperti seminar, pelatihan, atau festival budaya Batak. Ini bisa dilakukan oleh komunitas Batak, lembaga pendidikan, maupun pemerintah. Membangun media digital atau platform online yang menyediakan informasi seputar adat istiadat Batak, sejarah, bahasa Batak, dan kisah-kisah inspiratif dari tokoh Batak. Misalnya, melalui YouTube, Instagram, atau TikTok yang bisa menarik perhatian anak muda.
Mengintegrasikan nilai-nilai adat dalam kurikulum pendidikan, baik di sekolah maupun di perguruan tinggi. Menghidupkan Kembali Tradisi dalam Kehidupan Sehari-hari Mengadakan acara adat seperti perayaan “Mangupa” (pemberian nama) atau pesta adat Batak lainnya secara berkala untuk memberikan kesempatan bagi anak muda untuk ikut serta dan memahami arti penting acara tersebut.
Melibatkan anak muda dalam acara adat, baik dalam persiapan maupun pelaksanaan, agar mereka merasa terhubung langsung dengan tradisi. Mengajarkan bahasa Batak pada anak-anak dan remaja, agar mereka tetap bisa berkomunikasi dengan menggunakan bahasa asli mereka.
Mendorong Penggunaan Teknologi untuk Promosi Budaya anak muda saat ini sangat dekat dengan teknologi, maka penting untuk memanfaatkan media sosial dan aplikasi digital untuk mengenalkan adat Batak. Misalnya Membuat konten edukatif tentang budaya Batak dalam bentuk video, artikel, atau podcast yang menarik dan informatif.
Mengembangkan aplikasi mobile yang dapat membantu generasi muda mempelajari dan menghayati adat Batak, seperti kamus bahasa Batak, panduan upacara adat, dan musik Batak tradisional. Membangun Kepemimpinan Muda dalam Komunitas Batak, anak muda Batak perlu diberi kesempatan untuk memimpin dalam berbagai aspek, baik itu dalam komunitas, organisasi, atau gerakan sosial.
Hal ini bisa dilakukan dengan cara Melibatkan mereka dalam kepengurusan organisasi adat di tingkat lokal atau nasional. Membentuk kelompok diskusi atau forum bagi anak muda untuk berbicara tentang tantangan budaya Batak di zaman modern, serta mencari solusi bersama.
Membangun Kolaborasi dengan Generasi Tua, menghadirkan dialog yang konstruktif antara generasi tua dan muda dalam hal penerapan adat adalah hal yang penting. Generasi tua bisa menjadi mentor yang mengajarkan nilai-nilai dan tradisi, sementara generasi muda dapat membawa inovasi dan penyesuaian dalam penerapan adat agar relevan dengan kondisi zaman sekarang.
Menumbuhkan Rasa Tanggung Jawab Sosial Membangun semangat gotong royong dan rasa tanggung jawab sosial melalui kegiatan yang menyentuh langsung kehidupan masyarakat. Anak muda Batak bisa dilibatkan dalam kegiatan sosial yang bermanfaat untuk komunitas, seperti membantu pembangunan rumah ibadah, fasilitas pendidikan, atau program kesejahteraan sosial.
Menjadi teladan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam hal moralitas, kerja keras, dan kepedulian terhadap sesama yang selaras dengan nilai-nilai adat Batak. Harapan agar anak muda Batak dapat menerapkan norma dan adat Batak dalam kehidupan sehari-hari sangat bergantung pada kolaborasi antara generasi tua dan muda.
Upaya untuk mengintegrasikan nilai-nilai adat dengan dinamika zaman perlu terus diperbaharui dan disosialisasikan melalui pendidikan, media sosial, dan kegiatan budaya. Yang terpenting adalah memastikan bahwa budaya Batak tetap relevan dan hidup di hati setiap generasi, terutama generasi muda yang akan menjadi penerusnya.