Tradisi Naik Haji Masyarakat Banjar
Oleh: Ira RunintaEditor: Asty Supriati01 Jun 2025 - 12:24Samarinda
Flayer Program Pesona Antar Komunitas Banjar bersama Acil Mila & Acil Ewwi. (Foto : RRI Samarinda)
Dengarkan Berita
KBRN, Samarinda : Bagi masyarakat Banjar, ibadah haji tidak sekadar menunaikan rukun Islam kelima, melainkan juga merupakan perjalanan budaya yang sarat nilai dan makna. Tradisi yang mengiringi keberangkatan haji mencerminkan penghormatan mendalam terhadap ibadah, kebersamaan keluarga, serta simbol keberhasilan dalam hidup.
“Jadi orang Banjar dulu itu kalau mau berangkat haji mereka menabung sampai cukup untuk berangkat haji,” ujar Acil Mila, saat mengisi program acara Pesona Antar Komunitas Banjar di Pro 4 RRI Samarinda, Jum’at (30/5/25).
Menurutnya, sebelum keberangkatan, biasanya diadakan acara selamatan sebagai bentuk syukuran dan permohonan doa agar ibadah berjalan lancar. Acara ini dihadiri oleh keluarga, tetangga, kerabat, serta sahabat dekat. “Ada doa bersama dan juga momen untuk saling bermaafan,” tambahnya.
Hal senada disampaikan oleh Acil Ewwi, pengisi acara lainnya. Ia menjelaskan bahwa setelah calon haji berangkat, keluarga yang ditinggalkan kerap menggelar doa bersama di rumah. “Kata orang dulu, kalau kita berdoa dan makan di rumahnya, orang yang berhaji bisa merasakan kenyamanan di sana, seolah ikut merasakan apa yang kita makan,” tuturnya.
Doa bersama ini biasanya dilakukan secara berkala hingga jamaah haji kembali ke tanah air. Meskipun sederhana, momen ini dianggap memiliki kekuatan spiritual yang memperkuat ikatan batin dan membantu kelancaran ibadah di Tanah Suci.
Dalam tradisi ini juga terdapat etika yang dijaga oleh masyarakat Banjar, salah satunya mengenai pemberian amplop saat acara selamatan. “Kadang ada tamu yang memberi amplop, padahal sebenarnya tidak perlu karena yang berangkat haji itu kan sudah mampu. Jadi lebih baik kalau di undangan disebutkan bahwa tidak menerima bingkisan atau apapun,” saran Acil Mila.
Menariknya, para jamaah haji yang pulang sering membawa oleh-oleh atau bingkisan khas dari Tanah Suci sebagai kenang-kenangan untuk keluarga dan kerabat. Namun, hal ini tidak bersifat wajib dan disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.
Acara selamatan umumnya dilaksanakan sehari sebelum keberangkatan, dan pada hari keberangkatan, keluarga besar biasanya turut mengantar hingga ke bandara.
Tradisi ini menunjukkan bahwa ibadah haji bagi masyarakat Banjar bukan sekadar perjalanan fisik ke Mekkah, tetapi juga sebuah perjalanan spiritual dan budaya yang melibatkan seluruh komunitas.
Kata Kunci: