KBRN, Jakarta: Surabaya, yang akan merayakan Hari Jadi ke-732 pada 31 Mei 2025, menyimpan kisah desa-desa tua yang lebih berusia dari itu. Beberapa wilayah di Surabaya bahkan diperkirakan sudah ada sejak abad ke-13, jauh sebelum kota ini dikenal luas.
Salah satunya adalah Kampung Peneleh, yang memiliki sejarah panjang dan kaya akan budaya. Kampung ini menjadi saksi bisu perjalanan sejarah Surabaya dari masa Majapahit hingga era kemerdekaan Indonesia.
Kampung Peneleh dikenal sebagai tempat lahirnya tokoh proklamator Indonesia, Bung Karno. Di Gang IV Jalan Pandean, terdapat rumah kelahiran Bung Karno yang kini menjadi salah satu situs bersejarah di Surabaya.
Selain itu, di Gang VII terdapat rumah HOS Tjokroaminoto, tempat para tokoh pergerakan nasional seperti Soekarno, Musso, dan Alimin pernah tinggal dan berdiskusi tentang perjuangan kemerdekaan.
Menurut Freddy H. Istanto, Direktur Sjarikat Poesaka Surabaya, jika makam Belanda di Peneleh dirawat dengan baik, maka akan menjadi objek wisata heritage yang bernilai tinggi .
Untuk menggali lebih dalam tentang sejarah desa-desa tua di Surabaya, khususnya Kampung Peneleh, akan diadakan diskusi bertajuk "Desa-Desa Tua di Surabaya" pada Sabtu, 31 Mei 2025, pukul 18.30 di Lodji Besar Peneleh, Jalan Makam Peneleh 46 Surabaya.
Acara ini akan dimeriahkan dengan pertunjukan Tari Remo, sebagai bentuk cinta pada budaya dan tradisi Surabaya. Kuncarsono Prasetyo, pemilik Lodji Besar, menyatakan bahwa tempat ini tidak hanya sebagai kafe, tetapi juga sebagai pusat kegiatan seni, budaya, dan sejarah.
"Lodji Besar bersama Begandring Soerabaia menginisiasi Wisata Budaya dan Sejarah di Peneleh," ujar Kuncarsono, Selasa (27/5/2025).
Lodji Besar sendiri merupakan kafe dengan nuansa klasik tahun 1940-an yang terletak di Jalan Makam Peneleh 46 Surabaya. Bangunan ini berdiri sejak tahun 1907 dan memiliki dekorasi zaman Belanda yang memukau, seperti poster iklan, peta Surabaya tahun 1940-an, radio kuno, dan mesin tik.
Suasana yang ditawarkan membuat pengunjung merasa seolah-olah berada di era tersebut. Selain menjadi tempat nongkrong, Lodji Besar juga sering dijadikan lokasi pembuatan film, pemutaran film, pemotretan, dan kegiatan yang berkaitan dengan seni, budaya, dan sejarah lainnya.
Melalui acara diskusi ini, diharapkan masyarakat dapat lebih mengenal dan mencintai sejarah desa-desa tua di Surabaya. Kehadiran generasi muda sangat penting untuk melestarikan dan meneruskan nilai-nilai budaya yang ada. Sebagai bagian dari Kota Surabaya, desa-desa tua ini memiliki peran penting dalam membentuk identitas dan karakter kota.